Differences
This shows you the differences between two versions of the page.
Both sides previous revision Previous revision Next revision | Previous revision | ||
satwa:elang_bondol [2023/04/14 09:06] – Ewis Arni | satwa:elang_bondol [2025/07/23 04:14] (current) – Jihan Sarotama | ||
---|---|---|---|
Line 3: | Line 3: | ||
====== Elang Bondol ====== | ====== Elang Bondol ====== | ||
- | Secara umum elang bondol (Haliastur indus) mempunyai karakteristik tubuh berwarna putih dan coklat pirang. Spesies ini termasuk elang yang berukuran sedang, dengan panjang tubuh sekitar 45 -50 cm, rentang sayap bisa mencapai 110 -125 cm, berat tubuh sekitar 320 -670 gram, serta panjang ekor berkisar 18 -22 cm. Pada individu dewasa kepala, leher dan dadanya memiliki bulu berwarna putih dan garis-garis kelabu. Bulu punggung, sayap, perut dan ekornya berwarna coklat kemerahan. | + | {{ https:// |
+ | |||
+ | < | ||
+ | |||
+ | | \\ **Tingkatan Taksonomi** | \\ **Nama Ilmiah** | | ||
+ | | \\ **Kerajaan** | \\ Animalia| | ||
+ | | \\ **Filum** | \\ Chordata| | ||
+ | | \\ **Kelas** | \\ Aves| | ||
+ | | \\ **Ordo** | \\ Accripitriformes| | ||
+ | | \\ **Family** | \\ Accipitridae| | ||
+ | | \\ **Genus** | \\ // | ||
+ | | \\ **Species** | \\ //Haliastur indus// | | ||
+ | |||
+ | Elang bondol (// | ||
+ | ===== Sebaran dan Habitat ===== | ||
+ | |||
+ | Elang bondol // | ||
+ | |||
+ | Di Indonesia, elang bondol umum dijumpai di wilayah pesisir Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua, termasuk di kawasan konservasi maupun daerah yang telah terfragmentasi. Kemampuannya untuk bertahan di lingkungan yang terdegradasi dan memanfaatkan sumber makanan dari aktivitas manusia menjadikannya salah satu raptor yang paling sering terlihat di lanskap pesisir tropis. Namun, meskipun populasinya masih tergolong stabil secara global, tekanan terhadap habitat pesisir dan pencemaran lingkungan tetap menjadi ancaman yang perlu diwaspadai. | ||
+ | |||
+ | Berikut beberapa lokasi potensial dan tercatat. | ||
+ | |||
+ | ^ \\ Lokasi^ \\ Jenis Gambut^ \\ Catatan| | ||
+ | | \\ **Kepulauan Seribu, DKI Jakarta** | \\ Gambut pesisir & mangrove| \\ Elang bondol tercatat aktif berburu di pesisir dan rawa dangkal| | ||
+ | | \\ **Kapuas Hulu, Kalimantan Barat** | \\ Rawa gambut dan sungai| \\ Populasi cukup melimpah, sering terlihat di sekitar sungai dan lahan basah| | ||
+ | | \\ **Sangalaki, | ||
+ | | \\ **Sumatera Selatan & Riau pesisir** | \\ Gambut transisi| \\ Potensi habitat karena adanya estuari dan rawa terbuka| | ||
+ | |||
+ | ===== Perilaku dan Pola Makan ===== | ||
+ | |||
+ | Perilaku makannya adaptif sebagai pemangsa oportunistik dan pemulung. Spesies ini memanfaatkan berbagai sumber makanan yang tersedia di lingkungan pesisir dan rawa, termasuk ikan mati, kepiting, bangkai hewan, kelelawar, tikus, katak, dan serangga besar. Ia juga sering terlihat mengais sisa makanan di tempat pembuangan sampah atau pelabuhan, serta memanfaatkan limbah organik dari aktivitas manusia. | ||
+ | |||
+ | Dalam berburu, elang bondol kerap terbang melayang rendah di atas air atau daratan, mengamati mangsa dari ketinggian, lalu menyambar dengan cepat dari permukaan tanpa perlu mendarat. Cakarnya yang relatif lemah dibandingkan elang laut membuatnya lebih mengandalkan kecepatan dan ketepatan dalam menyambar mangsa kecil. Selain itu, elang bondol dikenal melakukan kleptoparasitisme, | ||
+ | |||
+ | ===== Reproduksi dan Sarang ===== | ||
+ | |||
+ | Elang bondol (// | ||
+ | |||
+ | Selama musim kawin, pasangan elang bondol akan membangun sarang besar dari ranting, daun, dan bahan vegetatif lainnya, yang biasanya ditempatkan di pohon tinggi dekat perairan seperti hutan mangrove, tepi danau, atau muara sungai. Sarang ini digunakan secara berulang dari tahun ke tahun, dan diperbaiki atau diperbesar setiap musim. Betina biasanya bertelur 2 hingga 3 butir, yang dierami selama 28–35 hari, dan anak-anak burung akan mulai belajar terbang pada usia 40–56 hari. | ||
+ | |||
+ | Pasangan elang bondol berbagi tugas secara aktif yaitu betina lebih banyak mengerami dan memberi makan anak, sementara jantan bertugas menjaga sarang dan membawa makanan. Pola ini konsisten dengan perilaku reproduksi elang bondol di wilayah lain seperti //New South Wales// dan Tamil Nadu, menunjukkan kestabilan perilaku kawin lintas populasi. | ||
+ | ===== Status Konservasi dan Ancaman ===== | ||
+ | |||
+ | Secara global, elang bondol (// | ||
+ | Ancaman utama terhadap elang bondol meliputi perusakan habitat pesisir, terutama hutan mangrove dan rawa gambut, yang menjadi lokasi penting untuk berburu dan bersarang. Konversi lahan untuk tambak, permukiman, dan infrastruktur pesisir telah menyebabkan hilangnya banyak habitat alami mereka. | ||
+ | |||
+ | Selain itu, penggunaan pestisida berlebihan di lahan pertanian dan perikanan turut berdampak negatif, baik secara langsung melalui keracunan maupun secara tidak langsung melalui penurunan jumlah mangsa seperti ikan dan serangga.\\ | ||
+ | Perburuan dan pengambilan anakan untuk dijadikan hewan peliharaan atau dijual di pasar satwa ilegal juga menjadi ancaman serius, terutama di daerah dengan pengawasan konservasi yang lemah. | ||
+ | |||
+ | Di beberapa wilayah, elang bondol bahkan dianggap sebagai hama karena memangsa ikan di tambak, sehingga diburu oleh petambak. Selain itu, pencemaran perairan dan ancaman dari jaring ikan terutama jaring hantu (ghost nets) dapat menyebabkan cedera atau kematian akibat terjerat.\\ | ||
+ | Meskipun belum mencapai ambang batas untuk dikategorikan sebagai spesies rentan secara global, penurunan populasi lokal ini menandakan perlunya konservasi berbasis wilayah yang lebih kuat, termasuk perlindungan habitat, edukasi masyarakat, dan penegakan hukum terhadap perdagangan satwa liar. | ||
+ | |||
+ | ===== Nilai dan Budaya ===== | ||
+ | |||
+ | Memiliki nilai simbolik yang kuat dalam budaya Indonesia, khususnya sebagai maskot resmi Provinsi DKI Jakarta. Penetapan ini dilakukan melalui Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1796 Tahun 1989, yang menjadikan elang bondol sebagai lambang semangat dan karakter masyarakat Jakarta dinamis, tangguh, dan selalu bergerak maju. Burung ini dipilih karena dulunya sering terlihat di kawasan pesisir dan Kepulauan Seribu, meskipun kini populasinya di wilayah tersebut menurun drastis akibat urbanisasi dan pencemaran. | ||
+ | |||
+ | Dalam konteks budaya yang lebih luas, elang bondol juga diasosiasikan dengan Garuda, burung mitologis dalam kepercayaan Hindu yang menjadi kendaraan Dewa Wisnu. | ||
+ | |||
+ | Di beberapa wilayah Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Papua Nugini, elang ini juga dianggap sebagai hewan totemik yang melambangkan kekuatan, pengawasan, dan hubungan spiritual antara langit dan bumi. | ||
+ | |||
+ | ===== Pustaka ===== | ||
+ | |||
+ | Bali Wildlife. (n.d.). Brahminy Kite (Haliastur indus). Retrieved July 8, 2025, from [[https:// | ||
+ | |||
+ | Animalia.bio.. (n.d.). Brahminy Kite - Haliastur indus. Retrieved July 8, 2025, from [[https:// | ||
+ | |||
+ | Australian Museum. (2024). Brahminy Kite - Haliastur indus. Retrieved from [[https:// | ||
+ | |||
+ | The Animal Facts. (n.d.). Brahminy Kite (Haliastur indus). Retrieved July 8, 2025, from [[https:// | ||
+ | |||
+ | Earth Life. (2023, July 12). Brahminy Kites (Haliastur indus). Retrieved from [[https:// | ||
+ | |||
+ | Indrayanto, P. (2011). Distribution and breeding behaviour of Brahminy Kite (Haliastur indus) on Penang Island and Matang Mangrove Forest Reserve, Kuala Sepetang, Perak [Master’s thesis, Universiti Sains Malaysia]. | ||
+ | |||
+ | Sivakumar, S., & Jayabalan, J. A. (2004). Observations on the breeding biology of Brahminy Kite Haliastur indus in Cauvery delta region. Zoos’ Print Journal, 19(5), 1472–1474. | ||
+ | |||
+ | Kompas.com.. (2019, August 18). Menjelajah Pulau Kotok, Pusat Rehabilitasi Elang Bondol. Retrieved July 8, 2025, from [[https:// | ||
+ | |||
+ | LiquiSearch. (n.d.). White-bellied Sea Eagle – Cultural Significance. Retrieved from [[https:// | ||