Pinang
Pinang merupakan keluarga palma yang sudah cukup lama dikenal di Indonesia. Terutama di daerah dataran rendah dan daerah-daerah pantai. Pinang dikenal sebagai tanaman industri yang banyak manfaatnya, mulai dari akar sampai buah pinang untuk kebutuhan manusia.
Klasifikasi
- Kingdom: Plantae
- Phlylum: Streptophyta
- Class: Equisetopsida
- Subclass: Magnoliidae
- Order: Arecales
- Family: Arecaceae
- Genus: Areca
- Species: Areca catechu
Habitat dan Penyebaran Pinang
Pinang diduga berasal dari Kalimantan, Sulawesi, dan Filipina. Meskipun berasal dari kawasan tropis, tanaman ini juga ditemukan di Amerika maupun Afrika. Terdapat ratusan spesies tanaman dari famili palma yang tumbuh subur di berbagai wilayah Indonesia. Pinang umumnya tumbuh pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik. Pinang bisa tumbuh dari tepi pantai hingga ketinggian 1000 mdpl dengan curah hujan merata sepanjang tahun. Pinang merupakan tanaman yang menyebar luas di Indonesia, banyak ditemukan di Sumatera, Lingga, Bangka, Kalimantan, Aceh, Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat. Penyebaran tanaman ini adalah meliputi India sampai Kepulauan Solomon. Pinang tumbuh di lahan gambut.
Ciri Morfologi Pinang
Pohon pinang tumbuh satu-satu, tidak berkumpul dalam rumpun seperti jenis palem pada umumnya. Batangnya lurus dan sedikit licin, dengan tinggi yang dapat mencapai 25 m serta diameter atau jarak antar ruas sekitar 15 cm. Garis-garis lingkar pada batang terlihat jelas. Buah pinang berbentuk bulat telur menyerupai telur ayam, berdiameter sekitar 3,5-7 cm. Warnanya hijau saat masih muda dan berubah menjadi merah jingga hingga merah kekuningan ketika masak atau tua. Daunnya tersusun menyirip seperti jenis palem pada umumnya.
Manfaat Pinang
Tanaman pinang memiliki banyak manfaat. Daunnya mengandung minyak asiri sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengobati gangguan radang tenggorokan, serta digunakan sebagai bahan atap rumah. Pelepah pinang sering dijadikan bahan pembungkus makanan, misalnya untuk membungkus gula merah. Batangnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, sementara sabut buahnya bisa diolah menjadi bahan pembuatan kuas lukis atau kuas alis. Bijinya digunakan sebagai bahan pangan, pewarna kain, serta obat cacing. Selain itu, tanaman pinang juga berperan dalam mencegah erosi di daerah miring. Dalam beberapa tahun terakhir, berkat bentuknya yang menarik, pinang mulai dimanfaatkan pula sebagai tanaman hias.
Pinang di Lahan Gambut
Pinang merupakan tanaman perkebunan yang bisa dibudidayakan di lahan gambut. Selain itu, tanaman ini berperan penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan gambut. Pinang juga menjadi salah satu pilihan komoditas budidaya yang sesuai dengan ekosistem gambut dan dapat ditanam oleh masyarakat di lahan gambut. Tanaman pinang berpotensi untuk dikembangkan dan ditanam di lahan gambut. Biomassa dan tinggi tanamnan pinang dipengaruhi oleh usia tanaman serta tingkat ketebalan gambut, termasuk interaksi antara kedua faktor tersebut. Selain itu, ketebalan gambut juga berperan dalam proses transpirasi tanaman pinang di lahan gambut.
Sumber
- Andesmora, E. V. (2021). Potensi budidaya tanaman pinang (Areca catechu L.) di lahan gambut: Studi kasus di KHG Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Jurnal Ilmu Pertanian Tirtayasa, 3(1).
- Pandin, D. S., & Rompas, T. (1994). Karakterisasi Tanaman Pinang di Bengkulu, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Penelitian Kelapa, 7(2), 39.
- POWO (2024). “Plants of the World Online. Facilitated by the Royal Botanic Gardens, Kew. Published on the Internet; https://powo.science.kew.org/.
- Putra, F. I., & Pulungan, A. B. (2020). Alat Pengering Biji Pinang Berbasis Arduino. JTEV (JURNAL TEKNIK ELEKTRO DAN VOKASIONAL) Vol, 6.
- Thamrin, M., Herman, S., & Hanafi, F. (2012). Pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap pendapatan petani pinang. AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian, 17(2).
- Wibisono, I. T. C., Siboro, L., & Suryadiputra, I. N. N. (2005). Panduan Rehabilitasi dan teknik silvikultur di lahan gambut. Proyek climate change, forests and peatlands in Indonesia. Wetlands International-Indonesia Programme dan Wildlife Habitat. Canada. Bogor, 174.