Differences

This shows you the differences between two versions of the page.

Link to this comparison view

Both sides previous revision Previous revision
Next revision
Previous revision
ekosistem:ekosistem_gambut [2024/06/04 03:14] Rabbirl Yarham Mahardikaekosistem:ekosistem_gambut [2025/07/15 10:53] (current) Jihan Sarotama
Line 19: Line 19:
 Sesuai dengan definisi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia, ekosistem gambut adalah satu kesatuan utuh menyeluruh antara bentang lahan baik tanah bergambut maupun tanah mineral di dalamnya yang tidak dapat dipisahkan. Definisi ini cukup jelas memberikan arahan bahwa ekosistem gambut tidak hanya terbatas pada bentang lahan yang memiliki tanah gambut saja, namun juga bentang lahan dengan tanah mineral yang berada di sekitar lahan gambut. Lahan bergambut pada area KHG yang ada di Provinsi Sumatera Selatan saat ini adalah seluas 1,27 juta hektar atau 61% dari total luasan ekosistem gambut. Ketebalan gambut Sumatera Selatan terbagai kedalam 3 kelas yaitu 50-100 cm, 100-200 cm, dan 200-300 cm dengan kelas ketebalan gambut dominan adalah kelas 50-100 cm yang memiliki luasan 0,702 juta Ha atau 55,03%. Angka-angka luasan tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar tanah gambut di Sumatera Selatan adalah gambut dangkal. Sesuai dengan definisi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia, ekosistem gambut adalah satu kesatuan utuh menyeluruh antara bentang lahan baik tanah bergambut maupun tanah mineral di dalamnya yang tidak dapat dipisahkan. Definisi ini cukup jelas memberikan arahan bahwa ekosistem gambut tidak hanya terbatas pada bentang lahan yang memiliki tanah gambut saja, namun juga bentang lahan dengan tanah mineral yang berada di sekitar lahan gambut. Lahan bergambut pada area KHG yang ada di Provinsi Sumatera Selatan saat ini adalah seluas 1,27 juta hektar atau 61% dari total luasan ekosistem gambut. Ketebalan gambut Sumatera Selatan terbagai kedalam 3 kelas yaitu 50-100 cm, 100-200 cm, dan 200-300 cm dengan kelas ketebalan gambut dominan adalah kelas 50-100 cm yang memiliki luasan 0,702 juta Ha atau 55,03%. Angka-angka luasan tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar tanah gambut di Sumatera Selatan adalah gambut dangkal.
  
-===== Ekosistem Alami Hutan Rawa dan Hutan Mangrove di Area KHG Sumatera Selatan =====+---- 
 + 
 +==== Ekosistem Alami Hutan Rawa dan Hutan Mangrove di Area KHG Sumatera Selatan ====
  
 Berdasarkan peta penggunaan lahan tahun 2017, total area ekosistem alami hutan rawa dan hutan mangrove adalah seluas 0,389 juta Ha atau setara dengan 18,62% dari keseluruhan total area KHG Provinsi Sumatera Selatan. Hutan rawa sendiri memiliki luas total 0,333 Ha mencakup 36,.29 ribu Ha (10,91%) hutan rawa primer dan 0,297 juta Ha (89,09%) hutan rawa sekunder. Sedangkan, hutan mangrove secara total memiliki luasan 56,59 ribu Ha dengan rincian 26,39 ribu Ha (46,64%) hutan mangrove primer dan 30,2 ribu Ha (53,36%) merupakan hutan mangrove sekunder. Berdasarkan peta penggunaan lahan tahun 2017, total area ekosistem alami hutan rawa dan hutan mangrove adalah seluas 0,389 juta Ha atau setara dengan 18,62% dari keseluruhan total area KHG Provinsi Sumatera Selatan. Hutan rawa sendiri memiliki luas total 0,333 Ha mencakup 36,.29 ribu Ha (10,91%) hutan rawa primer dan 0,297 juta Ha (89,09%) hutan rawa sekunder. Sedangkan, hutan mangrove secara total memiliki luasan 56,59 ribu Ha dengan rincian 26,39 ribu Ha (46,64%) hutan mangrove primer dan 30,2 ribu Ha (53,36%) merupakan hutan mangrove sekunder.
Line 30: Line 32:
  
 ---- ----
 +
 +==== Cadangan Karbon dan Mitigasi Iklim pada Ekosistem Gambut ====
 +
 +Lahan gambut Indonesia menyimpan cadangan karbon sekitar 34 gigaton karbon (Gt C), setara dengan hampir 125 gigaton karbon dioksida (Gt CO₂). Cadangan ini menjadikan gambut sebagai penyimpan karbon terbesar di Indonesia dan salah satu yang terpenting di dunia. Gambut berperan krusial dalam mitigasi perubahan iklim dengan menahan laju dekomposisi bahan organik dalam kondisi jenuh air.\\
 +\\
 +Pengeringan dan konversi lahan gambut mengubah ekosistem ini menjadi sumber emisi besar. Drainase memicu oksidasi lapisan gambut, melepaskan karbon hingga 427 ton C per hektar pada tahap awal konversi. Jika praktik ini berlangsung terus-menerus, kumulatif emisi karbon bisa mencapai ribuan ton C per hektar selama dekade berikutnya, mempercepat pemanasan global.\\
 +\\
 +Dalam kerangka target FOLU Net Sink 2030, sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan (FOLU) di Indonesia diarahkan mencapai keseimbangan bersih emisi sebesar 140 juta ton CO₂. Restorasi gambut khususnya rewetting untuk mengembalikan muka air tinggi dan revegetasi dengan spesies endemik merupakan strategi utama. Melalui pendekatan ini, emisi dari lahan gambut dapat ditekan, sekaligus meningkatkan penyerapan karbon jangka panjang.\\
 +\\
 +Pengawasan karbon gambut kini semakin diperketat dengan pemasangan sekitar 11.000 unit pemantau muka air pada wilayah gambut seluas 4,1 juta hektar. Data tinggi muka air secara real time diintegrasikan ke dalam sistem informasi nasional, mendukung evaluasi efektivitas restorasi dan kebijakan adaptif. Pengelola dapat memastikan ketinggian air tetap optimal (≥ 0,4 m di bawah permukaan) sehingga risiko emisi oksidatif dapat diminimalkan.
  
 ==== Pustaka ==== ==== Pustaka ====
Line 39: Line 51:
 Agus, F., Wahyunto, A., Dariah, E., Runtunuwu, E. S., & Supriatna, W. (2012). Emission reduction options for peatlands in the Kubu Raya and Pontianak Districts, West Kalimantan, Indonesia. Journal of Oil Palm Research, 24, 1378–1387. Agus, F., Wahyunto, A., Dariah, E., Runtunuwu, E. S., & Supriatna, W. (2012). Emission reduction options for peatlands in the Kubu Raya and Pontianak Districts, West Kalimantan, Indonesia. Journal of Oil Palm Research, 24, 1378–1387.
  
-Baccini, A., Goetz, S. J., Walker, W. S., Laporte, N. T., Sun, M., Sulla-Menashe, D., Hackler, J., Beck, P. S. A., Dubayah, R., Friedl, M. A., Samanta, S., & Houghton, R. A. (2012). Estimated carbon dioxide emissions from tropical deforestation improved by carbon-density maps. Nature Climate Change 2, 182–185. doi:https://doi.org/10.1038/nclimate1354, ISSN: 1758-678X.+Baccini, A., Goetz, S. J., Walker, W. S., Laporte, N. T., Sun, M., Sulla-Menashe, D., Hackler, J., Beck, P. S. A., Dubayah, R., Friedl, M. A., Samanta, S., & Houghton, R. A. (2012). Estimated carbon dioxide emissions from tropical deforestation improved by carbon-density maps. Nature Climate Change 2, 182–185. doi:[[https://doi.org/10.1038/nclimate1354|https://doi.org/10.1038/nclimate1354]], ISSN: 1758-678X.
  
 Kobayashi, N. (2008). Sustainable peatland management: Socio-economic and environmental aspect. Paper presented at international symposium “Sentinel earth: Detection of Environmental Change,” at Hokkaido University, Sapporo, July 5–7. Kobayashi, N. (2008). Sustainable peatland management: Socio-economic and environmental aspect. Paper presented at international symposium “Sentinel earth: Detection of Environmental Change,” at Hokkaido University, Sapporo, July 5–7.
  
 Page, S., Morrison, E. R., Malins, C., Hooijer, A., Rieley, J. O., & Jauhiainen, J. (2011). Review of peat surface greenhouse gas emissions from oil palm plantations in Southeast Asia. Washington, DC: International Council on Clean Transportation. Page, S., Morrison, E. R., Malins, C., Hooijer, A., Rieley, J. O., & Jauhiainen, J. (2011). Review of peat surface greenhouse gas emissions from oil palm plantations in Southeast Asia. Washington, DC: International Council on Clean Transportation.
 +
 +Rusbiantoro, D. (2008). Global warming for beginner: pengantar komprehensif tentang pemanasan global. Niaga Swadaya.\\
 +\\
 +Prijono, S., Hanuf, A. A., Saputri, J. Y., Khoirunnisak, A., Nurin, Y. M., & Yunita, D. M. (2021). Pengelolaan Tanah di Kebun Kopi. Universitas Brawijaya Press.\\
 +\\
 +Forest Digest & Yayasan Madani Berkelanjutan. (2023). Lembar fakta FOLU Net Sink 2030 [Fact sheet]. Madani Berkelanjutan. [[https://madaniberkelanjutan.id/wp-content/uploads/2023/06/Lembar-Fakta-FOLU-Net-Sink-2030_lowres.pdf|https://madaniberkelanjutan.id/wp-content/uploads/2023/06/Lembar-Fakta-FOLU-Net-Sink-2030_lowres.pdf]]\\
 +\\
 +Yayasan Konservasi Alam Nusantara. (2024, Juni 12). Menjawab tantangan perubahan iklim lewat restorasi lahan gambut [Siaran pers]. [[https://www.ykan.or.id/id/publikasi/artikel/siaran-pers/tlf-restorasi-lahan-gambut/|https://www.ykan.or.id/id/publikasi/artikel/siaran-pers/tlf-restorasi-lahan-gambut/]]
  
  
  • ekosistem/ekosistem_gambut.1717470873.txt.gz
  • Last modified: 2024/06/04 03:14
  • by Rabbirl Yarham Mahardika