Differences
This shows you the differences between two versions of the page.
Both sides previous revision Previous revision Next revision | Previous revision | ||
tumbuhan:pelawan [2022/10/20 09:25] – removed - external edit (Unknown date) 127.0.0.1 | tumbuhan:pelawan [2023/02/04 08:42] (current) – Yusi Septriandi | ||
---|---|---|---|
Line 1: | Line 1: | ||
+ | ====== Pelawan ====== | ||
+ | |||
+ | ===== Habitus dan taksonomi ===== | ||
+ | |||
+ | Pelawan ( // | ||
+ | |||
+ | {{: | ||
+ | |||
+ | Habitus dan performansi pelawan di hutan alam (Foto: Hengki Siahaan, 2015) | ||
+ | |||
+ | ===== Sebaran dan pemanfaatan ===== | ||
+ | |||
+ | Pelawan tumbuh tersebar secara luas pada lahan kering maupun lahan basah termasuk di lahan gambut. Tumbuhan pelawan memiliki banyak manfaat namun belum banyak dikenal masyarakat. Pemanfaatan pelawan bervariasi sesuai dengan pengetahuan masyarakat lokal. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pelawan dimanfaatkan secara ekologis di habitat alaminya. Secara ekologis bunga pelawan memiliki peran strategis sebagai sumber pakan lebah Apis dorsata yang menghasilkan madu pelawan dan sistem perakaran pelawan dapat berperan sebagai inang jamur yang dikenal dengan jamur pelawan. Kedua jenis komoditas tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat berperan sebagai sumber pendapatan masyarakat. | ||
+ | |||
+ | Berbeda dengan pemanfaatan pelawan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pelawan di Sumatera Selatan lebih banyak digunakan sebagai kayu energi yaitu sebagai kayu bakar dan sebagai bahan baku arang pelawan. Pemanfaatan pelawan sebagai kayu energi didasari oleh kualitas kayunya yang sangat baik karena nilai kalor dan densitasnya yang tinggi serta dapat dipaenen di alam dengan ukuran yang relatif seragam dengan diameter batang 6-8 cm. Arang pelawan merupakan komoditas ekspor dengan tujuan ekspor ke negara-negara industri seperti Jepang, China, dan Korea Selatan. Pada perkembangan selanjutnya, | ||
+ | |||
+ | ===== Peluang budidaya pelawan ===== | ||
+ | |||
+ | Hingga saat ini, pemanfaatan pelawan masih mengandalkan ketersediaannya di hutan alam dan sudah berlangsung dalam waktu yang cukup lama sehingga saat ini potensi pelawan di hutan alam sudah semakin menipis dan pada lokasi habitat tertentu sudah tidak ditemukan lagi. Salah satu karakteristik pelawan yang memudahkan dalam upaya budidayanya adalah kemampuan pohon pelawan untuk bertunas setelah ditebang. Pertunasan pelawan relatif masif dan pertumbuhannya juga cepat sehingga dapat dikelola dengan sistem pangkas, untuk produksi kayu pelawan ataupun produksi daun. Pelawan dapat dipanen dengan cara dipangkas dengan rotasi sekitar 1-2 tahun. | ||
+ | |||
+ | Budidaya pelawan dapat dilakukan di habitat alaminya dengan melakukan pengayaan ataupun di lokasi baru dengan membangun hutan tanaman pelawan. Sumber benih pelawan dapat diperoleh dari cabutan anakan alam maupun dari biji yang sengaja dikecambahkan di persemaian. Sumber benih dari cabutan anakan alam membutuhkan waktu pemeliharaan di persemaian sekitar 6-9 bulan hingga siap ditanam di lapangan. Sementara sumber benih dari biji membutuhkan waktu sekitar 1 bulan lebih lama. | ||
+ | |||
+ | {{: | ||
+ | |||
+ | Tanaman pelawan umur 5 tahun di KHDTK Kemampo (Foto: Hengki Siahaan, 2021 | ||
+ | |||
+ | {{tag> | ||
+ | |||