Differences
This shows you the differences between two versions of the page.
Both sides previous revision Previous revision Next revision | Previous revision | ||
sosialekonomi:paludikultur [2023/02/04 10:41] – Yusi Septriandi | sosialekonomi:paludikultur [2023/04/14 10:23] (current) – Rabbirl Yarham Mahardika | ||
---|---|---|---|
Line 1: | Line 1: | ||
====== Paludikultur ====== | ====== Paludikultur ====== | ||
- | Paludikultur berasal dari Bahasa Latin '// | + | Paludikultur berasal dari Bahasa Latin '// |
- | Paludikultur | + | |
- | {{tag> | + | Paludikultur merupakan teknik penggunaan lahan gambut secara produktif. Pengembangan paludikultur meliputi penanaman tanaman budidaya, termasuk juga didalamnya budidaya ikan, ternak di hutan dan lahan gambut (// |
+ | |||
+ | Paludikultur atau budi daya di lahan rawa dan rawa gambut tergenang semakin dikenal sebagai alternatif teknik rehabilitasi lahan gambut terdegradasi, | ||
+ | |||
+ | ---- | ||
+ | |||
+ | {{https:// | ||
+ | |||
+ | Gambar 1. Paludikultur Lahan Gambut | ||
+ | |||
+ | Budi daya di lahan rawa dan gambut tipis secara tradisional dalam skala kecil di Indonesia, khususnya oleh masyarakat tradisional di Kalimantan (pada umumnya suku Dayak) telah berlangsung sejak jaman dahulu (Najiyati et al., 2005; Osaki et al., 2016). Di Kalimantan, budi daya di lahan rawa dan rawa gambut tipis dilakukan dengan melakukan pengelolaan air, yaitu dengan membangun saluran air, yang disebut dengan sistem handil (Sandrawati, | ||
+ | |||
+ | Hasil Penelitian Yuwati //et al//. (2018) menunjukkan beberapa jenis komoditas unggulan asli dari lahan gambut yang berpotensi untuk terus dibudidayakan dan dikembangkan, | ||
+ | |||
+ | **1. Purun** | ||
+ | |||
+ | Purun termasuk sejenis rumput teki-tekian (famili // | ||
+ | |||
+ | {{https:// | ||
+ | |||
+ | Gambar 2. Purun Tikus ([[https:// | ||
+ | |||
+ | Masyarakat di lahan gambut Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan telah menggunakan purun sebagai bahan baku untuk kerajinan tangan. Produk yang dihasilkan antara lain: tikar, topi, keranjang, tas, bakul, dan lain-lain. Dibandingkan purun tikus, purun danau paling banyak digunakan sebagai bahan baku anyaman karena lebih kuat dan tidak mudah putus. Beberapa daerah penghasil ayaman purun adalah Desa Sungai Kali, Kec. Barambai, Kab. Barito Kuala; Kec. Anjir Serapat, Kab. Kapuas, dan Kampung Purun, Kota Banjarbaru. | ||
+ | |||
+ | **2. Galam (// | ||
+ | |||
+ | Galam merupakan jenis tumbuhan berkayu berbentuk pohon yang tumbuh sangat subur di lahan rawa gambut masam dan merupakan salah satu tumbuhan indikator tanah berpirit atau tanah sulfat masam. Tanaman ini sangat adaptif dengan kondisi masam ber-pH 3-4 bahkan dikenal sangat dominan di lahan rawa. Tegakan galam yang tumbuh di suatu lahan seolah-olah “membunuh” jenis tanaman berkayu lainnya sehingga terlihat dominan di lingkungannya. Menurut masyarakat di Desa Dadahup, Kab. Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah pertumbuhan galam terlihat lebih baik dan bagus ketika ditanam di lahan berair bila dibandingkan dengan tegakan galam yang ditanam area gundukan/ | ||
+ | |||
+ | {{https:// | ||
+ | |||
+ | Gambar 3. Gelam di Lahan Gambut ([[https:// | ||
+ | |||
+ | **3. Rumbia (// | ||
+ | |||
+ | Tanaman Rumbia atau rumbia (// | ||
+ | |||
+ | {{https:// | ||
+ | |||
+ | Gambar 4. Rumbia atau sagu di Lahan Gambut ([[http:// | ||
+ | |||
+ | **4. Gerunggang** | ||
+ | |||
+ | Gerunggang memiliki nama ilmiah // | ||
+ | |||
+ | Geronggang dijumpai tersebar di daerah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Martawijaya et al, 2005). Geronggang merupakan salah satu jenis tumbuhan asli hutan rawa gambut, namun juga dapat tumbuh pada tanah berpasir atau tanah lempung berpasir. Jenis ini dapat tumbuh pada daerah dengan tipe iklim A dan B pada ketinggian di atas 900 m dpl. Beberapa daerah d Sabah jenis ini dapat tumbuh pada ketinggian lebih dari 1800 m dpl (Soerianegara dan Lemmens, 2002). Deskripsi jenis gerunggang adalah sebagai berikut : berbentuk pohon dengan tinggi sekitar 35-50 m, diameter dapat mencapai 60-100 cm, batang bebas cabang hingga 27 m, batang bagian bawah lurus atau berbentuk kurang bagus, tidak berbanir, permukaan pepagan licin atau bersisik seperti kertas hingga bercelah, di bagian pangkal batang mengeluarkan getah transparan berwarna kuning, jingga atau merah (Soerianegara dan Lemmens, 2002). | ||
+ | |||
+ | {{https:// | ||
+ | |||
+ | Gambar 5. Gerunggang di Lahan Gambut ([[https:// | ||
+ | |||
+ | **5. Belangeran** | ||
+ | |||
+ | Balangeran merupakan jenis tanaman yang cukup potensial untuk dikembangkan di hutan rawa gambut. Jenis tersebut termasuk jenis pohon komersial dimana pada umumnya terdapat secara berkelompok (Martawijata, | ||
+ | |||
+ | Nama daerah balangeran di setiap daerah berbeda. Di Kalimantan dikenal dengan nama belangiran, kahoi, kawi dan di Sumatera dikenal dengan nama belangeran, belangir, melangir. Permudaan alam terdapat bersama-sama dengan jenis lain dalam hutan yang heterogen terutama dengan jenis keruing, tembesu, bintangur, ramin. Balangeran seringkali tumbuh secara berkelompok. Untuk permudaan buatan dapat dilakukan dengan menanam bibit yang tingginya 30-50 cm dengan penanaman di dalam jalur dengan lebar 2-3 m yang telah dibersihkan. Jarak tanam 3 m dengan jarak antar jalur 5-6 m. Pada tanaman muda memerlukan pemeliharaan selama 4-5 tahun. Ketika dewasa memerlukan kondisi cahaya penuh, sehingga diperlukan pemeliharaan dengan membuka ruang tumbuh (Heyne, 1987; BPK Banjarbaru, 2012). | ||
+ | |||
+ | {{https:// | ||
+ | |||
+ | Gambar 6. Belangeran untuk restorasi gambut | ||
+ | |||
+ | **Referensi** | ||
+ | |||
+ | BPK Banjarbaru. 2012. Budidaya Shorea balangeran di lahan gambut. Suryanto, Tjuk S. Hadi dan Endang Savitri (eds). BPK Banjarbaru. | ||
+ | |||
+ | Hyne, K., 1987. Tumbuhan berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan | ||
+ | |||
+ | Martawijaya, | ||
+ | |||
+ | Najiyati, S., L. Muslihat, dan I N.N. Suryadiputra. 2005. Panduan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Proyek Climate Change, Forests, and Wetlands in Indonesia. Wetlands International-Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia. | ||
+ | |||
+ | Noor, M. 2010. Lahan Gambut: Pengembangan, | ||
+ | |||
+ | Osaki, M., Nursyamsi, D., Noor, M., Wahyunto., Segah, H. 2016. Peatland in Indonesia. In: Osaki, M. & Tsuji, N. (eds). Tropical Peatlands Ecosystems. Pp: 49-58. Tokyo: Springer. | ||
+ | |||
+ | Sandrawati, A. 2004. Lesson learnt pengelolaan lahan gambut di Indonesia. Skripsi Sarjana. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. | ||
+ | |||
+ | Soerianegara, | ||
+ | |||
+ | Tata, H. L., Susmianto, A. (2016). Prospek Paludikultur Ekosistem Gambut Indonesia. (I. W. S. & M. Dharmawan, Ed.). Forda Press. Retrieved from https:// [[http:// | ||