Differences
This shows you the differences between two versions of the page.
Both sides previous revision Previous revision | |||
satwa:kerbau_rawa_pampangan [2023/02/05 12:16] – removed - external edit (Unknown date) 127.0.0.1 | satwa:kerbau_rawa_pampangan [2023/02/05 12:16] (current) – ↷ Page name changed from satwa:kerbau_rawa_pampangan_warisan_kesultanan_palembang to satwa:kerbau_rawa_pampangan Arizka Mufida | ||
---|---|---|---|
Line 1: | Line 1: | ||
+ | ====== Kerbau Rawa Pampangan ====== | ||
+ | |||
+ | < | ||
+ | |||
+ | Gambut merupakan salah satu ekosistem unik dimana gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang telah mati pada kondisi jenuh air, dengan proses dekomposisi yang berlangsung sangat lambat pada kondisi tersebut sehingga terjadinya penumpukan bahan organik dalam kurun waktu yang lama. Sebagai sebuah ekosistem, tentunya ada interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya sebagai satu kesatuan. Ekosistem lahan gambut merupakan sebuah ekosistem yang unik, hal ini dapat dilihat dari keanekaragaman flora dan fauna yang terdapat di lahan gambut. Salah satu keunikan tersebut yaitu dengan adanya Kerbau Pampangan. | ||
+ | |||
+ | \\ | ||
+ | [[.: | ||
+ | |||
+ | Karakteristik reproduksi kerbau pampangan di Sumatera Selatan umur pertama kawin rata-rata 2,3 tahun atau 27 bulan, umur beranak pertama 3,23 tahun, estrus (berahi) pertama setelah beranak 88,33 hari, kawin setelah beranak 139,11 hari jarak beranak 14 bulan dan umur lepas sapi anak 9,07 bulan. | ||
+ | |||
+ | Kerbau Pampangan secara visual terlihat memiliki kekerabatan dengan kerbau unggul bangsa Murrah dengan ciri khas garis chevrons (berbentuk bulan sabit dibagian leher) yang berwarna terang selain penampakan morfologis lainnya seperti bentuk tanduk dan ukuran tubuh. Kerbau Murrah dikenal sebagai ternak tipe dwiguna yaitu penghasil daging dan susu. Secara budaya, ternak kerbau ini juga dikenal sebagai alat bantu untuk membajak sawah dan penarik gerobak di pedesaan Sumatera Selatan. | ||
+ | |||
+ | Beberapa hal yang menjadi ciri khas Kerbau Pampangan adalah : | ||
+ | |||
+ | - Terpelihara pada suatu ekosistem pasang surut tahunan sehingga bisa dikatakan memiliki perilaku khas yang dibentuk oleh lingkungannya, | ||
+ | - Adanya kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun dalam pemeliharaan kerbau pampangan yaitu saat pagi hari kerbau dilepas dari kandang, peternak akan meletakkan feses yang ada dikandang tersebut dipunggung kerbau yang keluar kandang dan nanti feses itu akan terlepas saat kerbau berenang di rawa-rawa. Feses yang terlepas akan menjadi pupuk organik alami bagi ekosistem sekitarnya | ||
+ | - Teknik memerah susu dari induk yang melibatkan gudel (anak kerbau) dalam prosesnya, peternak akan membiarkan gudel menyusui pada induknya untuk beberapa saat sebelum dipisahkan dari induknya untuk dilanjutkan dengan pemerahan. Jika tidak diawali dengan menyusui oleh gudel dan langsung diperah, susu yang keluar akan sedikit dan terkadang tidak mau keluar sama sekali | ||
+ | - Adanya perilaku budaya lokal membuat makanan dari susu kerbau yaitu Gulo Puan | ||
+ | |||
+ | Budidaya Kerbau pampangan dilakukan dengan sistem kalang, dimana kerbau mencari makan sendiri di alam secara berkelompok pada pagi hari kemudian kembali lagi ke kadang pada sore hari. Dalam mencari hijaun, kelompok kerbau teresebut memiliki kemampuan berenang yang cukup jauh bahkan menyelam untuk mendapatkan tumbuhan hijau di dasar rawa kawasan gambut yang terendam air. Peternak tidak menggembalakan kerbau mereka melainkan kawanan kerbau dipimpin oleh satu pejantan ke tempat padang pengembalaan. | ||
+ | |||
+ | Budidaya dan pemanfaatan kerbau pampangan di Sumatera Selatan telah berlangsung pada era kesultanan palembang awal abad ke-19. Pada masa tersebut, para pedagang dan pengembala dari Kawasan Teluk Benggala membawa indukan-indukan unggul dari India untuk dikawin silangkan dengan kerbau lokal. Kemudian kesultanan palembang menempatkan kerbau-kerbau tersebut di tempatkan di Pulau Kuro yang merupakan kawasan rawa gambut yang kaya akan hijauan_lahan_rawa_gambut. Kawasan gambut yang terendam air, mengharuskan adanya proses adaptasi sehingga kerbau tersebut memiliki prilaku makan (feeding behavior) dengan berenang dan menyelam. \\ Peternak lokal memanfaatkan kerbau pampangan untuk diambil daging dan susunya. Susu kerbau diolah menjadi produk olahan khas yang bernama gulo puan. Gulo puan merupakan makanan favorit di lingkungan kesultanan palembang hasil dari fermentasi susu kerbau dan gula. Pemerahan susu kerbau sedikit berbeda dengan pemerahan hewan ruminansia lainnya. Pemerahan susu kerbau, | ||
+ | |||
+ | Pemerahan Susu Kerbau Pampangan | ||
+ | |||
+ | < | ||
+ | |||
+ | < | ||
+ | |||
+ | Seiring dengan era kesultanan palembang yang telah berakhir, eksistensi gulo puan masih tetap terjaga serta dapat dinikmati oleh masyarakat umum dengan kisaran harga Rp, 80.000/kg. Kudapan lain yang dapat dihasilkan dari susu kerbau meliputi sago puan, juadah puan dan srikaya puan. Bagi masyarakat terutama masyarakat desa Kuro, kerbau rawa bukan hanya perkara ekonomi melainkan sebagai wujud kesetian pada Sultan Palembang, yang mana kerbau-kerbau di desa tersebut merupakan keturunan kerbau milik Sultan Palembang yang dibawa dari India dahulu. | ||
+ | |||
+ | Data populasi terkini terkait populasi Kerbau Pampangan cukup mencemaskan, | ||
+ | |||
+ | Usaha-usaha perlu dilakukan untuk meningkatkan kembali populasi kerbau pampangan baik melalui usaha yang berbasis in situ (konservasi, | ||
+ | |||
+ | Sumber : Arfan Abrar, artikel opini Harian Sumatera Ekspress, edisi 28 April 2021, | ||
+ | |||
+ | {{tag> | ||
+ | |||