Differences
This shows you the differences between two versions of the page.
Both sides previous revision Previous revision Next revision | Previous revision | ||
ekosistem:kerusakan_gambut [2024/06/01 03:07] – Ewis Arni | ekosistem:kerusakan_gambut [2024/06/05 14:42] (current) – Fajar Wahyu Nugroho | ||
---|---|---|---|
Line 1: | Line 1: | ||
====== Kerusakan Gambut ====== | ====== Kerusakan Gambut ====== | ||
- | {{: | + | |
+ | [[https:// | ||
Kerusakan yang luas karena terjadinya perubahan hidrologi hutan rawa gambut akibat pembangunan drainase yang sangat masif sehingga lahan gambut menjadi sangat rentan terhadap kebakaran, yang disebabkan oleh alam dan perbuatan manusia. Kerusakan yang terjadi berakibat pada hilangnya keanekaragaman hayati, degradasi tanah, meningkatnya ketidakseimbangan hidrologi dan pada akhirnya akan berdampak pada berkurangnya air yang tersedia di kawasan tersebut, perubahan siklus karbon dan pemanasan global. Mempelajari karakteristik gambut yang telah terganggu akan menjadi dasar untuk mengelola gambut agar dapat dipulihkan, dan salah satu yang utama adalah mempelajari keanekaragaman vegetasinya. Memahami keanekaragaman dapat dilakukan melalui pengklasifikasian vegetasi dan hal tersebut merupakan indikator yang kuat untuk mencerminkan kondisi lingkungan. Kerusakan semua bentuk ekosistem termasuk ekosistem hutan gambut akan membentuk gradasi pada ekosistem tersebut. Pemulihan ekosistem akan mengikuti gradasi yang terjadi sehingga mencapai pada ekosistem klimaks. Untuk dapat merumuskan proses perbaikan ekosistem yang telah rusak ini diperlukan data dan informasi mengenai kondisi ekosistem hutan tersebut atau bagaimana gambaran karakteristik ekosistem hutan yang telah rusak tadi. Karakteristik tersebut dapat dilihat dari indikator-indikator yang terdiri dari keanekaragaman jenis (diversity), | Kerusakan yang luas karena terjadinya perubahan hidrologi hutan rawa gambut akibat pembangunan drainase yang sangat masif sehingga lahan gambut menjadi sangat rentan terhadap kebakaran, yang disebabkan oleh alam dan perbuatan manusia. Kerusakan yang terjadi berakibat pada hilangnya keanekaragaman hayati, degradasi tanah, meningkatnya ketidakseimbangan hidrologi dan pada akhirnya akan berdampak pada berkurangnya air yang tersedia di kawasan tersebut, perubahan siklus karbon dan pemanasan global. Mempelajari karakteristik gambut yang telah terganggu akan menjadi dasar untuk mengelola gambut agar dapat dipulihkan, dan salah satu yang utama adalah mempelajari keanekaragaman vegetasinya. Memahami keanekaragaman dapat dilakukan melalui pengklasifikasian vegetasi dan hal tersebut merupakan indikator yang kuat untuk mencerminkan kondisi lingkungan. Kerusakan semua bentuk ekosistem termasuk ekosistem hutan gambut akan membentuk gradasi pada ekosistem tersebut. Pemulihan ekosistem akan mengikuti gradasi yang terjadi sehingga mencapai pada ekosistem klimaks. Untuk dapat merumuskan proses perbaikan ekosistem yang telah rusak ini diperlukan data dan informasi mengenai kondisi ekosistem hutan tersebut atau bagaimana gambaran karakteristik ekosistem hutan yang telah rusak tadi. Karakteristik tersebut dapat dilihat dari indikator-indikator yang terdiri dari keanekaragaman jenis (diversity), | ||
Sangat disayangkan gambut di Indonesia banyak mengalami kerusakan, kerusakan yang terjadi pada ekosistem gambut diakibatkan karena Anggapan bahwa gambut merupakan lahan tidak berguna merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan dan lahan gambut. Karena dianggap tidak berguna, lahan gambut sering dialihfungsikan baik menjadi lahan pertanian, perkebunan, pemukiman, dan lainnya. Namun, lahan gambut yang akan digunakan harus dikeringkan terlebih dahulu dengan membuat kanal atau saluran air sehingga membuat lahan gambut terdegradasi. Lahan gambut yang dikeringkan dan dialihfungsikan menjadi penyebab utama terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut. Hal ini berakibat pada kehidupan ekosistem gambut lainnya. | Sangat disayangkan gambut di Indonesia banyak mengalami kerusakan, kerusakan yang terjadi pada ekosistem gambut diakibatkan karena Anggapan bahwa gambut merupakan lahan tidak berguna merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan dan lahan gambut. Karena dianggap tidak berguna, lahan gambut sering dialihfungsikan baik menjadi lahan pertanian, perkebunan, pemukiman, dan lainnya. Namun, lahan gambut yang akan digunakan harus dikeringkan terlebih dahulu dengan membuat kanal atau saluran air sehingga membuat lahan gambut terdegradasi. Lahan gambut yang dikeringkan dan dialihfungsikan menjadi penyebab utama terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut. Hal ini berakibat pada kehidupan ekosistem gambut lainnya. | ||
+ | |||
+ | ---- | ||
+ | |||
+ | ====== Kerusakan Ekosistem Gambut Sumatera Selatan ====== | ||
+ | |||
+ | ===== Dampak Lingkungan ===== | ||
+ | |||
+ | Beberapa peristiwa pembangunan dengan kurang mempertimbangkan perencanaan hijau maupun lemahnya manajemen lahan telah banyak menimbulkan kerugian dari aspek ekologi. Dampak perubahan kondisi lingkungan akibat perubahan alih fungsi lahan mengakibatkan bencana banjir, kebakaran, menurunnya kualitas air, sedimentasi, | ||
+ | |||
+ | \\ | ||
+ | Kajian perubahan emisi dari tutupan lahan di area KHG [[https:// | ||
+ | [[https:// | ||
+ | |||
+ | Emisi secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi degradasi habitat yang kemudian akan memiliki peran dalam keberlangsungan keanekaragaman hayati suatu bentang lahan. Analisis keanekaragaman hayati dilakukan untuk mengetahui besaran peralihan tutupan lahan yang mengindikasikan perubahan luas dan konfigurasi tutupan alami di area KHG [[https:// | ||
+ | |||
+ | \\ | ||
+ | Dalam kajian analisis keanekaragaman hayati terdapat istilah area fokal, yaitu area kelas tutupan lahan yang mewakili habitat bagi keanekaragaman hayati asli dalam kondisi primer. Kelas tutupan lahan yang masuk dalam area fokal [[https:// | ||
+ | |||
+ | Besarnya nilai DIFA dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: luas total, konfigurasi dan distribusi spasial area fokal pada titik waktu tertentu serta kontras area fokal dengan area di sekitarnya. Persentase total area fokal menentukan batas maksimal nilai DIFA pada suatu titik waktu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai DIFA yang tinggi berasosiasi dengan daerah berarea fokal luas dan terintegrasi. Pada tahun 2014 nilai indeks DIFA KHG [[https:// | ||
| | | | ||
- | Referensi : | + | ---- |
+ | |||
+ | ====== | ||
Hooijer, Aljosja, et al. " | Hooijer, Aljosja, et al. " |