Differences
This shows you the differences between two versions of the page.
Both sides previous revision Previous revision Next revision | Previous revision | ||
ekosistem:bakteri [2025/07/15 09:43] – Jihan Sarotama | ekosistem:bakteri [2025/07/15 13:11] (current) – Jihan Sarotama | ||
---|---|---|---|
Line 22: | Line 22: | ||
Di dalam tanah gambut, komunitas bakteri didominasi oleh beberapa phylum utama // | Di dalam tanah gambut, komunitas bakteri didominasi oleh beberapa phylum utama // | ||
+ | \\ | ||
// | // | ||
+ | \\ | ||
// | // | ||
+ | \\ | ||
// | // | ||
- | Meski phylum utama serupa, susunan komunitas bakteri gambut berubah seiring kedalaman dan sumber hidrologi. Pada zona permukaan, kondisi lebih aerobik mendukung proliferasi bakteri pengoksidasi karbon dan fiksasi nitrogen, sementara di lapisan bawah yang jenuh air, karakteristik ombrogen peat populasi metanogen dan bakteri anaerob lain menguasai, memproduksi metana dari bahan organik terdekomposisi. Sebaliknya, pada soligen peat yang dipengaruhi aliran air sungai atau sumber daratan, terjadi masuknya nutrien tambahan sehingga komunitas proteobacteria nutrien-adaptif dan bakteri pelarut fosfat lebih beragam. Fluktuasi musim hujan dan kemarau juga mempengaruhi kadar air dan redoks potensial, memicu pergeseran dinamis di antara kelompok aerob dan anaerob. Pola distribusi ini menggambarkan betapa kompleksnya ekosistem gambut dan pentingnya setiap layer untuk menjaga fungsi ekosistem secara keseluruhan. | + | \\ |
+ | Meski phylum utama serupa, susunan komunitas bakteri gambut berubah seiring kedalaman dan sumber hidrologi. Pada zona permukaan, kondisi lebih aerobik mendukung proliferasi bakteri pengoksidasi karbon dan fiksasi nitrogen, sementara di lapisan bawah yang jenuh air, karakteristik ombrogen peat populasi metanogen dan bakteri anaerob lain menguasai, memproduksi metana dari bahan organik terdekomposisi.\\ | ||
+ | \\ | ||
+ | Sebaliknya, pada soligen peat yang dipengaruhi aliran air sungai atau sumber daratan, terjadi masuknya nutrien tambahan sehingga komunitas proteobacteria nutrien-adaptif dan bakteri pelarut fosfat lebih beragam. Fluktuasi musim hujan dan kemarau juga mempengaruhi kadar air dan redoks potensial, memicu pergeseran dinamis di antara kelompok aerob dan anaerob. Pola distribusi ini menggambarkan betapa kompleksnya ekosistem gambut dan pentingnya setiap layer untuk menjaga fungsi ekosistem secara keseluruhan. | ||
===== Peran Dalam Siklus Biogeokimia ===== | ===== Peran Dalam Siklus Biogeokimia ===== | ||
Bakteri metanogen dan metanotrof memainkan peran kunci dalam siklus gas rumah kaca di lahan gambut. Metanogen seperti // | Bakteri metanogen dan metanotrof memainkan peran kunci dalam siklus gas rumah kaca di lahan gambut. Metanogen seperti // | ||
+ | \\ | ||
Selain itu, bakteri pelarut fosfat (misalnya Bacillus megaterium dan Pseudomonas fluorescens) dan pelarut kalium (seperti //Bacillus mucilaginosus// | Selain itu, bakteri pelarut fosfat (misalnya Bacillus megaterium dan Pseudomonas fluorescens) dan pelarut kalium (seperti //Bacillus mucilaginosus// | ||
===== Teknik Analisis dan Identifikasi ===== | ===== Teknik Analisis dan Identifikasi ===== | ||
- | Dalam penelitian mikroba gambut, pendekatan metagenomik terutama lewat sekuensing 16S rRNA memberi peta komprehensif tentang keragaman bakteri tanpa perlu isolasi laboratorium. Dengan mengekstrak DNA langsung dari sampel tanah, peneliti dapat mengidentifikasi ratusan takson sekaligus dan memetakan fungsi biologisnya melalui analisis bioinformatika seperti clustering OTU (// | + | Dalam penelitian mikroba gambut, pendekatan metagenomik terutama lewat sekuensing 16S rRNA memberi peta komprehensif tentang keragaman bakteri tanpa perlu isolasi laboratorium. Dengan mengekstrak DNA langsung dari sampel tanah, peneliti dapat mengidentifikasi ratusan takson sekaligus dan memetakan fungsi biologisnya melalui analisis bioinformatika seperti clustering OTU (// |
\\ | \\ | ||
Sebaliknya, teknik konvensional berupa pengkulturan di media padat atau cair masih penting untuk mempelajari fisiologi, interaksi, dan potensi aplikasi bakteri spesifik terutama jenis yang mudah tumbuh seperti Azotobacter atau Bacillus. Namun, metode ini cenderung mengabaikan mikroba fastidious yang memerlukan kondisi unik, sehingga hanya merepresentasikan sebagian kecil komunitas. Metagenomik untuk cakupan luas dan kultur untuk karakterisasi mendalam para ilmuwan bisa mendapatkan gambaran lengkap mengenai diversitas, fungsi, dan potensi bioteknologi mikroba gambut. | Sebaliknya, teknik konvensional berupa pengkulturan di media padat atau cair masih penting untuk mempelajari fisiologi, interaksi, dan potensi aplikasi bakteri spesifik terutama jenis yang mudah tumbuh seperti Azotobacter atau Bacillus. Namun, metode ini cenderung mengabaikan mikroba fastidious yang memerlukan kondisi unik, sehingga hanya merepresentasikan sebagian kecil komunitas. Metagenomik untuk cakupan luas dan kultur untuk karakterisasi mendalam para ilmuwan bisa mendapatkan gambaran lengkap mengenai diversitas, fungsi, dan potensi bioteknologi mikroba gambut. | ||
Line 43: | Line 49: | ||
Ikhsan, M. Transplantasi Rizomikrobioma Asal Ekosistem Salin-Kering Untuk Induksi Toleransi Cekaman Salinitas dan Kekeringan Pada Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum L.) (Bachelor' | Ikhsan, M. Transplantasi Rizomikrobioma Asal Ekosistem Salin-Kering Untuk Induksi Toleransi Cekaman Salinitas dan Kekeringan Pada Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum L.) (Bachelor' | ||
+ | \\ | ||
Moulia, E. (2019). Analisis komunitas bakteri tanah sulfat masam dari dua tipe lahan rawa di Kalimantan dengan pendekatan Next Generation Sequencing (NGS) (Bachelor' | Moulia, E. (2019). Analisis komunitas bakteri tanah sulfat masam dari dua tipe lahan rawa di Kalimantan dengan pendekatan Next Generation Sequencing (NGS) (Bachelor' | ||
Zhu, Y. G., Peng, J., Chen, C., Xiong, C., Li, S., Ge, A., … & Liesack, W. (2023). Harnessing biological nitrogen fixation in plant leaves. Trends in Plant Science, 28(12), 1391-1405.\\ | Zhu, Y. G., Peng, J., Chen, C., Xiong, C., Li, S., Ge, A., … & Liesack, W. (2023). Harnessing biological nitrogen fixation in plant leaves. Trends in Plant Science, 28(12), 1391-1405.\\ | ||
+ | \\ | ||
Figiel, S., Rusek, P., Ryszko, U., & Brodowska, M. S. (2025). Microbially Enhanced Biofertilizers: | Figiel, S., Rusek, P., Ryszko, U., & Brodowska, M. S. (2025). Microbially Enhanced Biofertilizers: | ||