Differences
This shows you the differences between two versions of the page.
Both sides previous revision Previous revision Next revision | Previous revision | ||
ekosistem:air_gambut [2022/12/09 04:18] – old revision restored (2022/10/31 09:51) Jasmiati | ekosistem:air_gambut [2023/02/12 04:02] (current) – Yusi Septriandi | ||
---|---|---|---|
Line 1: | Line 1: | ||
- | {{tag> | ||
- | |||
====== Air Gambut ====== | ====== Air Gambut ====== | ||
- | {{https:// | + | < |
- | + | ||
- | //sumber foto ;foto pribadi, daerah Gelumbang kecamatan Muaraenim// | + | |
- | Pada tulisan ini memaparkan kualitas | + | Air gambut merupakan jenis air permukaan hasil akumulasi sisa material yang terdekomposisi tidak sempurna dan biasa terjadi pada daerah rawa atau dataran rendah. Air gambut memiliki cir-ciri seperti intensitas warna tinggi (coklat kemerahan), memiliki nilai keasamaan tinggi, kandungan zat organik tinggi, dan kandungan kation rendah (Aidah, dkk., 2018). Kualitas air gambut data diketahui dengan melakukan pengukuran terhadap beberapa parameter. Kualitas |
Tabel 1. Kondisi Air Gambut | Tabel 1. Kondisi Air Gambut | ||
- | | <font 10.5pt/ | + | |** <font 10.5pt/ |
| <font 10.5pt/ | | <font 10.5pt/ | ||
| <font 10.5pt/ | | <font 10.5pt/ | ||
Line 17: | Line 13: | ||
| <font 10.5pt/ | | <font 10.5pt/ | ||
- | Hasil analisis kandungan total sedimen terlarut, yang sering disebut Total Dissolved | + | ===== Total Dissolved Solid (TDS) ===== |
+ | |||
+ | Hasil analisis kandungan total sedimen terlarut, yang sering disebut Total Dissolved | ||
+ | |||
+ | Tabel 2. Nilai Total Suspended Solid | ||
+ | |||
+ | |**Plot** |**Nilai TDS** | | ||
+ | |A1|64,00 mg/l| | ||
+ | |A2|28,00 mg/l| | ||
+ | |A3|38,00 mg/l| | ||
+ | |A4|90.00 mg/l| | ||
+ | |A5|94.00 mg/l| | ||
+ | |||
+ | Hasil pengematan menunjukkan bahwa nilai konsentrasi TDS di bawah baku mutu air kelas I sebesar 1000 mg/l. Di dalam air gambut, TDS didominasi oleh koloid humat yang terlarut di dalam air (Stevenson, 1994) disamping sejumlah kecil kation-kation anorganik, seperti Mn, Fe dan Mg. Kation-kation ini terikat bersama senyawa humat membentuk komplek terlarut, sehingga meningkatkan intensitas warna air gambut, yang berwarna coklat. | ||
+ | |||
+ | ===== Total Suspended Solid (TSS) ===== | ||
Hasil pengukuran total padatan terlarut atau sering disebut total suspended sediment (TSS) air gambut dan air sungai pada titik pantau A1 sampai A5 sebesar <; 35 mg/l. Nilai TSS sungai masih di bawah baku mutu yang dipersyaratkan. Nilai TSS di kelima titik pantau tidak melebihi kriteria mutu air kelas I berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 sebesar 50 mg/l. Kesesuaian nilai TSS untuk kepentingan perikanan, menurut Effendi (2003), berkisaran 25 – 80 mg/l. | Hasil pengukuran total padatan terlarut atau sering disebut total suspended sediment (TSS) air gambut dan air sungai pada titik pantau A1 sampai A5 sebesar <; 35 mg/l. Nilai TSS sungai masih di bawah baku mutu yang dipersyaratkan. Nilai TSS di kelima titik pantau tidak melebihi kriteria mutu air kelas I berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 sebesar 50 mg/l. Kesesuaian nilai TSS untuk kepentingan perikanan, menurut Effendi (2003), berkisaran 25 – 80 mg/l. | ||
Line 23: | Line 34: | ||
Hasil pengukuran pH air sungai gambut di daerah konservasi dan budidaya menunjukkan pH air pada titik pantau A1, A3, A4 dan A5 berada pada kondisi di bawah baku mutu air kelas IV. Hasil pengukuran pH sampel air gambut menunjukkan bahwa sampel memenuhi kriteria air gambut. Pada penelitian Arisna //et al//. (2016) dinyatakan bahwa jika pH air gambut akan semakin asam ketika kandungan zat organik cukup tinggi. | Hasil pengukuran pH air sungai gambut di daerah konservasi dan budidaya menunjukkan pH air pada titik pantau A1, A3, A4 dan A5 berada pada kondisi di bawah baku mutu air kelas IV. Hasil pengukuran pH sampel air gambut menunjukkan bahwa sampel memenuhi kriteria air gambut. Pada penelitian Arisna //et al//. (2016) dinyatakan bahwa jika pH air gambut akan semakin asam ketika kandungan zat organik cukup tinggi. | ||
- | [[:ekosistem: | + | [[.: |
Menurut Suprihanto (1994), air gambut yang memiliki pH yang rendah menyebabkan air memiliki rasa asam karena banyak mengandung asam humus. Air merupakan bahan pelarut yang baik sekali, tetapi jika dalam air tersebut mengandung pH yang tidak netral maka akan dapat melarutkan elemen-elemen kimia yang terdapat dalam air tersebut. Kandungan zat organik yang tinggi dalam air gambut jika terurai secara biologis dan dilakukan proses desinfeksi terhadap larutan khlor dapat menyebabkan terbentuknya senyawa organokhlorine yang bersifat karsinogenik. Menurut Noor (2001), mutu air pada kawasan gambut ombrogen lebih jelek dibandingkan dengan air gambut topogen (eutrofik) karena masukan hanya dari hujan sehingga kandungan haranya sedikit, umumnya sangat asam (pH 3,5 – 4,5) kandungan basa basa seperti Ca, Mg dan K tergolong rendah hingga sangat rendah. | Menurut Suprihanto (1994), air gambut yang memiliki pH yang rendah menyebabkan air memiliki rasa asam karena banyak mengandung asam humus. Air merupakan bahan pelarut yang baik sekali, tetapi jika dalam air tersebut mengandung pH yang tidak netral maka akan dapat melarutkan elemen-elemen kimia yang terdapat dalam air tersebut. Kandungan zat organik yang tinggi dalam air gambut jika terurai secara biologis dan dilakukan proses desinfeksi terhadap larutan khlor dapat menyebabkan terbentuknya senyawa organokhlorine yang bersifat karsinogenik. Menurut Noor (2001), mutu air pada kawasan gambut ombrogen lebih jelek dibandingkan dengan air gambut topogen (eutrofik) karena masukan hanya dari hujan sehingga kandungan haranya sedikit, umumnya sangat asam (pH 3,5 – 4,5) kandungan basa basa seperti Ca, Mg dan K tergolong rendah hingga sangat rendah. | ||
Khususnya untuk titik pantau A2 nilai pH air memiliki nilai di bawah baku mutu untuk kelas I, II dan III tetapi masih dalam rentang baku mutu kelas IV, yaitu 5,78. Menurut Yuliastuti (2011), peningkatan nilai derajad keasaman atau pH dipengaruhi oleh limbah organik maupun anorganik yang di buang ke sungai, sehingga peningkatan pH air sungai air Kayong di titik pantau A2 dikarenakan adanya aktivitas buangan limbah dari aktivitas masyarakat Dusun Sungai Durian ke sungai Kayong. Nilai pH sekitar 6,5 – 7,5 merupakan air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan (Wardhana 2004). | Khususnya untuk titik pantau A2 nilai pH air memiliki nilai di bawah baku mutu untuk kelas I, II dan III tetapi masih dalam rentang baku mutu kelas IV, yaitu 5,78. Menurut Yuliastuti (2011), peningkatan nilai derajad keasaman atau pH dipengaruhi oleh limbah organik maupun anorganik yang di buang ke sungai, sehingga peningkatan pH air sungai air Kayong di titik pantau A2 dikarenakan adanya aktivitas buangan limbah dari aktivitas masyarakat Dusun Sungai Durian ke sungai Kayong. Nilai pH sekitar 6,5 – 7,5 merupakan air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan (Wardhana 2004). | ||
+ | |||
+ | ===== Dissolved Oksygen (DO) ===== | ||
Hasil pengukuran oksigen terlarut menunjukkan bahwa nilai Oksigen terlarut atau juga disebut Dissolved Organic (DO) air gambut tiap pengamatan titik pantau A1, A3, A4 dan A5 memiliki nilai yang bervariasi yaitu 1,57 – 2,85 mg/l. Hal ini bersifat normal pada air gambut yang mengandung asam-asam organik terlarut (TDS) dan padatan tersuspensi (TSS) umumnya nilai Oksigen terlarut rendah dibandingkan DO air sungai yang tidak dipengaruhi oleh ekosistem gambut. | Hasil pengukuran oksigen terlarut menunjukkan bahwa nilai Oksigen terlarut atau juga disebut Dissolved Organic (DO) air gambut tiap pengamatan titik pantau A1, A3, A4 dan A5 memiliki nilai yang bervariasi yaitu 1,57 – 2,85 mg/l. Hal ini bersifat normal pada air gambut yang mengandung asam-asam organik terlarut (TDS) dan padatan tersuspensi (TSS) umumnya nilai Oksigen terlarut rendah dibandingkan DO air sungai yang tidak dipengaruhi oleh ekosistem gambut. | ||
Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) air sungai Kayong di titik pantau A2 sebesar 5,87 mg/l, nilai ini masih berada dalam ambang kriteria mutu air sungai kelas II sebesar 4 mg/l, sehingga air sungai dengan nilai parameter DO 5,87 masih dapat digunakan untuk prasarana/ | Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) air sungai Kayong di titik pantau A2 sebesar 5,87 mg/l, nilai ini masih berada dalam ambang kriteria mutu air sungai kelas II sebesar 4 mg/l, sehingga air sungai dengan nilai parameter DO 5,87 masih dapat digunakan untuk prasarana/ | ||
+ | |||
+ | ===== Biological Oxygen Demand (BOD) ===== | ||
Hasil analisis konsentrasi kebutuhan oksigen biologi atau disebut Biological Oxygen Demand (BOD) pada titik pantau A1 sebesar 9,81 mg/l, titik pantau A2 sebesar 7,28 mg/l, pada titik pantau A3 sebesar 9,13 mg/l, titik pantau A4 sebesar 10,58 mg/l dan titik pantau A5 sebesar 9,86 mg/l. Nilai konsentrasi BOD areal konservasi, budidaya dan sungai Kayong di bawah ambang batas kriteria mutu air sungai kelas IV sebesar 12 mg/l, sehingga air sungai dapat digunakan untuk mengairi pertanaman (revegetasi) dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Semakin besarnya konsentrasi BOD mengindikasikan bahwa peraian tersebut telah tercemar, konsentrasi BOD yang tingkat pencemarannya masih rendah dan dapat dikatagorikan sebagai perairan yang baik memiliki kadar BOD berkisar antara 0 - 10 mg/l (Salmin 2005), sedangkan perairan yang memiliki konsentrasi BOD lebih dari 10 mg/l dianggap telah tercemar (Effendi 2003). | Hasil analisis konsentrasi kebutuhan oksigen biologi atau disebut Biological Oxygen Demand (BOD) pada titik pantau A1 sebesar 9,81 mg/l, titik pantau A2 sebesar 7,28 mg/l, pada titik pantau A3 sebesar 9,13 mg/l, titik pantau A4 sebesar 10,58 mg/l dan titik pantau A5 sebesar 9,86 mg/l. Nilai konsentrasi BOD areal konservasi, budidaya dan sungai Kayong di bawah ambang batas kriteria mutu air sungai kelas IV sebesar 12 mg/l, sehingga air sungai dapat digunakan untuk mengairi pertanaman (revegetasi) dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Semakin besarnya konsentrasi BOD mengindikasikan bahwa peraian tersebut telah tercemar, konsentrasi BOD yang tingkat pencemarannya masih rendah dan dapat dikatagorikan sebagai perairan yang baik memiliki kadar BOD berkisar antara 0 - 10 mg/l (Salmin 2005), sedangkan perairan yang memiliki konsentrasi BOD lebih dari 10 mg/l dianggap telah tercemar (Effendi 2003). | ||
+ | |||
+ | ===== Chemical Oxygen Demand (COD) ===== | ||
Hasil analisis konsentrasi kebutuhan oksigen kimia atau biasa disebut Chemical Oxygen Demand (COD) pada titik pantau A1 sebesar 55,66 mg/l, titik pantau A2 sebesar 39,75 mg/l, pada titik pantau A3 sebesar 47,71 mg/l, titik pantau A4 sebesar 63,62 mg/l dan titik pantau A5 sebesar 55,66 mg/l. Nilai konsentrasi COD air gambut dan air sungai, nilai ini masih dalam ambang batas kriteria mutu air kelas III untuk titik pantau A2 dan A3 sebesar 50 mg/l dan kelas IV untuk titik pantau A1, A4 dan A5 sebesar 100 mg/l, sehingga air sungai dengan nilai parameter COD, masih dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Konsentrasi COD yang tinggi mengindikasikan semakin besar tingkat pencemaran yang terjadi pada suatu perairan (Yudo 2010). Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/liter (UNESCO 1992). Kondisi ini tidak diinginkan oleh kepentingan pembudidayaan perikanan dan pertanian (Effendi 2003).Hasil pengukuran kadar besi (Fe) menunjukkan bahwa, kandungan Fe pada air gambut dan air sungai sangat tinggi. Pada titik pantau A1 sebesar 0,490 mg/l, titik pantau A2 sebesar 0,530 mg/l, pada titik pantau A3 sebesar 16,375 mg/l, titik pantau A4 sebesar 0,5414 mg/l dan titik pantau A5 sebesar 0,8253 mg/l. Nilai konsentrasi Fe air gambut dan air sungai, nilai ini melebihi ambang batas kriteria mutu air kelas I sebesar 0,3 mg/l. Menurut Apriani dkk. (2013) warna air gambut merah kecoklatan menandakan kandungan Fe yang cukup tinggi. Namun menurut Notodarmojo (1994) dari berbagai kasus semakin tinggi kandungan Fe akan mempengaruhi warna yang semakin tinggi karena disebabkan ion Fe terikat oleh asam-asam organik yang larut dalam air tersebut. Akan tetapi, hal ini belum pasti karena dalam kasus lain ditemukan juga air dengan kandungan organik dan ion besi yang tinggi tidak memberikan intensitas warna yang tinggi. Namun menurut Said (2008) warna merah kecoklatan pada air gambut merupakan akibat dari tingginya kandungan zat organik (bahan humus) terlarut terutama dalam bentuk asam humus diantaranya asam humat dapat fulvat**.** | Hasil analisis konsentrasi kebutuhan oksigen kimia atau biasa disebut Chemical Oxygen Demand (COD) pada titik pantau A1 sebesar 55,66 mg/l, titik pantau A2 sebesar 39,75 mg/l, pada titik pantau A3 sebesar 47,71 mg/l, titik pantau A4 sebesar 63,62 mg/l dan titik pantau A5 sebesar 55,66 mg/l. Nilai konsentrasi COD air gambut dan air sungai, nilai ini masih dalam ambang batas kriteria mutu air kelas III untuk titik pantau A2 dan A3 sebesar 50 mg/l dan kelas IV untuk titik pantau A1, A4 dan A5 sebesar 100 mg/l, sehingga air sungai dengan nilai parameter COD, masih dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Konsentrasi COD yang tinggi mengindikasikan semakin besar tingkat pencemaran yang terjadi pada suatu perairan (Yudo 2010). Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/liter (UNESCO 1992). Kondisi ini tidak diinginkan oleh kepentingan pembudidayaan perikanan dan pertanian (Effendi 2003).Hasil pengukuran kadar besi (Fe) menunjukkan bahwa, kandungan Fe pada air gambut dan air sungai sangat tinggi. Pada titik pantau A1 sebesar 0,490 mg/l, titik pantau A2 sebesar 0,530 mg/l, pada titik pantau A3 sebesar 16,375 mg/l, titik pantau A4 sebesar 0,5414 mg/l dan titik pantau A5 sebesar 0,8253 mg/l. Nilai konsentrasi Fe air gambut dan air sungai, nilai ini melebihi ambang batas kriteria mutu air kelas I sebesar 0,3 mg/l. Menurut Apriani dkk. (2013) warna air gambut merah kecoklatan menandakan kandungan Fe yang cukup tinggi. Namun menurut Notodarmojo (1994) dari berbagai kasus semakin tinggi kandungan Fe akan mempengaruhi warna yang semakin tinggi karena disebabkan ion Fe terikat oleh asam-asam organik yang larut dalam air tersebut. Akan tetapi, hal ini belum pasti karena dalam kasus lain ditemukan juga air dengan kandungan organik dan ion besi yang tinggi tidak memberikan intensitas warna yang tinggi. Namun menurut Said (2008) warna merah kecoklatan pada air gambut merupakan akibat dari tingginya kandungan zat organik (bahan humus) terlarut terutama dalam bentuk asam humus diantaranya asam humat dapat fulvat**.** | ||
+ | ===== Analisis Kimia Anorganik ===== | ||
+ | |||
+ | **1. Total Phosphate (PO< | ||
Hasil analisis kandungan total Phospat (PO< | Hasil analisis kandungan total Phospat (PO< | ||
+ | |||
+ | **2. Nitrat (NO< | ||
Hasil analisis kandungan nitrat (NO< | Hasil analisis kandungan nitrat (NO< | ||
+ | |||
+ | **3. Nitrit (NO< | ||
Hasil analisis kandungan nitrit (NO< | Hasil analisis kandungan nitrit (NO< | ||
- | Hasil analisis kandungan | + | **4. Amonia (NH3 atau N)** |
- | Meningkatnya jumlah Amonia dapat disebabkan oleh bakteri // | + | Hasil analisis kandungan Amonia (NH< |
+ | |||
+ | **5. Logam ** | ||
Hasil analisa konsentrasi logam-logam berat yaitu Arsen, Timbal, Kobalt, Barium, Boron, Selenium, Kadmium, Khrom, Tembaga, Air Raksa Sianida, Khlorida, Seng, Fluorida, Sulfat, Khlorin bebas dan Belerang (berupa H< | Hasil analisa konsentrasi logam-logam berat yaitu Arsen, Timbal, Kobalt, Barium, Boron, Selenium, Kadmium, Khrom, Tembaga, Air Raksa Sianida, Khlorida, Seng, Fluorida, Sulfat, Khlorin bebas dan Belerang (berupa H< | ||
+ | ===== Analisis Kimia Organik dan Mikrobiologi ===== | ||
Hasil analisa konsentrasi Fecal Coliform, Total Coliform, Minyak dan Lemak, Detergen dan Fenol di semua titik pantau berada di bawah ambang batas kriteria mutu air sungai kelas I PP No. 82 tahun 2001, sehingga air sungai dapat digunakan untuk air baku air minum, prasarana/ | Hasil analisa konsentrasi Fecal Coliform, Total Coliform, Minyak dan Lemak, Detergen dan Fenol di semua titik pantau berada di bawah ambang batas kriteria mutu air sungai kelas I PP No. 82 tahun 2001, sehingga air sungai dapat digunakan untuk air baku air minum, prasarana/ | ||
+ | |||
+ | ==== Sumber: ==== | ||
+ | |||
+ | [[https:// | ||
+ | |||
+ | [[https:// | ||
+ | |||
+ | {{tag> | ||